23 Feb Ukhti, Bagaimana Jika Si Miskin Datang Melamarmu?
Seolah-olah, shalih dan kaya itu satu paket lengkap. Seakan-akan, shalih dan kaya menjadi wajib sebelum seorang laki-laki datang melamar. Sepertinya, shalih dan kaya adalah kesatupaduan yang harus disandang oleh lelaki mana pun yang datang untuk mengajak menikah. Hingga karenanya, banyak pernikahan yang tertunda karena yang melamar tidaklah kaya, meski hanya memiliki keinginan yang menggebu untuk memperbaiki diri.
Karena salah paham yang dipaksakan inilah, aneka dalil pun dilontarkan. Mulai dari biaya persiapan pernikahan yang semakin tak terjangkau, undangan pernikahan yang kudu sekian ribu orang, biaya hidup yang semakin meninggi mengangkasa, hingga dalih bahwa tidak ada restu orangtua dikarenakan belum bekerja tetap. Dari fenomena tersebut semakin terlihat benar ketika perkataannya menjadi, “Bukankah dakwah juga membutuhkan dana yang tidak sedikit dan karenanya sebagai muslimah harus menikah dengan muslim yang kaya raya?”
Lelaki ini terkenal sebagai sosok yang miskin. Sama sekali tidak berharta layaknya sebagian sahabatnya yang lain. Satu-satunya aset yang dimiliki hanyalah kebun pemberian Nabi. Itu saja. Akan tetapi, ia tak gentar untuk melamar seorang muslimah dari keluarga terhormat. Modalnya hanya kalimat “Bismillah”, diniati karena Allah Ta’ala dan Rasul yang mulia.
Alhamdulillah, lamarannya diterima. Keduanya pun menikah. Berkah. Selepasnya, sang istri dengan amat setia mengurusi kebun suaminya itu. Ia juga rajin merawat satu-satunya kuda sang suami yang digunakan untuk jihad di jalan Allah Ta’ala.
Lepas beberapa masa pernikahan, lahirlah seorang anak shalih yang kelak menjadi panglima jihad dan salah satu pemimpin kaum Muslimin. Sepasang suami istri ini, menyejarah dari ayah-kakeknya, diri-suaminya, hingga cucu-cucunya kelak.
Si miskin yang datang melamar itu adalah Zubair bin Awwam. Ialah sosok tak berharta namun memiliki kualitas keshalihan nan agung dan menyejarah. Sedangkan sang istri yang tak pernah sekali pun persoalkan harta calon suaminya, adalah Asma’ binti Abu Bakar ash-Shiddiq. Sedangkan sang anak yang lahir atas kerja cinta sepasang suami-istri ini, ialah ‘Abdullah bin Zubair.
Maka lihatlah, menerima lamaran bukan harus shalih yang bertaut mesra dengan kaya. Sebab, kaya dan miskin hanyalah ujian. Tergantung bagaimana menyikapinya. Keduanya memiliki potensi selamat dan celaka yang sama.
Lihatlah lebih jauh, tentang shalih yang mendominasi. Ekstremnya, jika miskin tapi bisa membina dan menuntun kamu dan anak-anak kelak menuju jannah, apa salahnya? Bukankah miskin sebelum menikah amat mungkin untuk ‘dipoles’ hingga menjadi kaya raya dan bertambah shalih setelah akad? Bukankah berjuang berdua dari awal justru lebih asyik dan menyenangkan?
Sebab, jika lelaki yang hendak melamar kamu sudah kaya dan shalih, mungkin saja terjadi, tetapi bukan kamu yang menjadi seleranya. Nah!
Keluarga Cinta
Kamu mau menikah dengan hemat dan ngga repot?
Kami bisa membantu kamu di Rizqy Agung Wedding Organizer
Kami bisa kamu hubungi di:
Alamat : Jalan Mushola Al-Arifiyah RT 6 RW 7 No. 76 Kampung Kemang, Jatiwaringin, Pondok Gede, Jawa Barat, Indonesia
Telepon : 021-84972679 dan 0817846486
Facebook : Rizqy Agung Catering Service and Wedding Organizer
Website : www.rizqy-agung.com
No Comments